8 Orangutan Menjalani Proses Pra-Pelepasliaran di Pulau Badak Besar, Gugusan Pulau Salat

 

 

8 orangutan menjalani tahapan pra-pelepasliaran di Pulau Badak Besar, gugusan Pulau Salat Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, setelah selesai menjalani tahapan sekolah hutan di Pusat Rehabilitasi Orangutan Yayasan BOS di Nyaru Menteng (Nyaru Menteng). Hingga 2019 sudah ada 46 individu orangutan dari Nyaru Menteng yang menjalani tahapan pra-pelepasliaran di Pulau Badak Besar, dan dari 46 individu tersebut, 8 individu diantaranya telah dilepasliarkan ke habitat alaminya di hutan.

 

 

Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, 26 Juni 2019. Yayasan BOS di Nyaru Menteng saat ini merawat sekitar 360 individu orangutan terlantar dan yatim piatu melalui kegiatan penyitaan dan penyelamatan (rescue) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah. Orangutan-orangutan ini kemudian menjalani proses rehabilitasi hingga kelak dilepasliarkan ke habitat alaminya di hutan. Proses rehabilitasi dapat mencapai tujuh tahun dan bagian akhir dari proses ini adalah memberikan kesempatan bagi orangutan rehabilitan ini untuk menjalani kehidupan di lingkungan yang menyerupai habitat alaminya di hutan, terjaga, dan dapat dipantau perkembangan proses adaptasinya. Kawasan Pulau Salat Nusa di Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah dinilai memiliki daya dukung ideal dengan vegetasi yang terpelihara baik, terisolasi oleh air sungai sepanjang tahun, dan tidak teridentifikasi memiliki populasi orangutan liar, cukup luas untuk mendukung kemampuan adaptasi, sosialisasi, dan ketersediaan pakan orangutan.

 

Hari ini, 8 individu orangutan dipindahkan dari Nyaru Menteng ke Pulau Badak Besar, di Gugusan Pulau Salat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, terdiri dari: 4 orangutan jantan (Hugus, Cumon, Bali, Noel) dan 4 betina (Sambi, Suayap, Kapuan, Nenuah). Mereka dibawa dari Nyaru Menteng dengan menggunakan mobil menuju Desa Pilang dan selanjutnya dibawa dengan ‘ces’ atau ‘kelotok’ menuju Pulau Badak Besar, tempat mereka akan mempraktekkan kemampuan dan pembelajaran yang diperoleh di sekolah hutan di Nyaru Menteng.

 

Ir. Adib Gunawan, Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah mengatakan, “Konservasi memang upaya yang panjang dan tidak mudah. Karena itu kita semua sebagai pemangku kepentingan perlu bekerja sama erat mewujudkannya. Pemanfaatan Pulau Salat sebagai buah dari kerjasama antara PT. SSMS Tbk., Yayasan BOS dan pemerintah serta masyarakat daerah Kabupaten Pulang Pisau merupakan sebuah inisiatif yang tidak hanya patut dipuji, namun juga bisa ditiru oleh para pemangku kepentingan lain. Saya mendorong terlaksananya upaya-upaya serupa, terutama mengingat status konservasi orangutan yang kini dinyatakan ‘sangat terancam punah’. Kita harus lebih aktif menjaga dan melindungi satwa yang luar biasa ini. Semoga kerjasama kita disini, dan ditempat lain, bisa menjaga kelestarian orangutan di Kalimantan dan kelestarian habitat mereka, hutan.”

 

Vallauthan Subraminam, Direktur Utama PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk., menjelaskan, dalam menerapkan bisnis yang sustainable Perusahaan selalu berpedoman pada salah satu nilai intinya yaitu Care for The Environment, sejalan dengan itu, kami sangat mendukung Yayasan BOS dalam membantu 8 Orangutan menjalani tahapan pra-pelepasliaran, ini merupakan langkah nyata kepedulian Perusahaan terhadap lingkungan dan mahluk hidup. Selain menyiapkan lahan konservasi kami juga membantu menyiapkan segala kebutuhan Orangutan selama menjalani kehidupan di lingkungan yang menyerupai habitat alaminya di Pulau Salat sebelum mereka dilepasliarkan.

 

Kami menyadari pentingnya lingkungan dengan keberagaman hayati yang harus dijaga dengan baik, hal tersebut menjadi aspek penting dari Kebijakan Keberlanjutan Perusahaan dan menjadi persyaratan mutlak keberhasilan sebuah industri.

 

CEO Yayasan BOS, Dr. Ir. Jamartin Sihite menjelaskan, “Hingga pertengahan tahun 2019 ini kami telah melepasliarkan 392 orangutan ke habitat alaminya di hutan, sejak 2012. Masih banyak orangutan lain yang menanti di pulau pra-pelepasliaran kami. Kandang-kandang di Pusat Rehabilitasi kami juga telah penuh. Sejak kami mulai memanfaatkan Pulau Badak Besar di Gugusan Pulau Salat untuk orangutan yang telah lulus dari Sekolah Hutan di Nyaru Menteng, dan masuk ke tahap pra-pelepasliaran, semakin banyak orangutan bisa kami pindahkan, dan semakin cepat kami dapat mempersiapkan orangutan-orangutan di pulau itu untuk dilepasliarkan di hutan. Pemanfaatan Gugusan Pulau Salat ini merupakan terobosan yang melibatkan banyak donor di dunia konservasi, pemerintah, masyarakat, serta pelaku bisnis. Kita sudah melihat bahwa apabila kita bekerja bersama, upaya konservasi orangutan dan habitatnya tentu akan terwujud.”

 

Kontak:

Andre Taufan

Corporate Communications
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk.
Email: andre.taufan@ssms.co.id
Phone: +62 21 2903 5405


Nico Hermanu

Communication Officer
Email: nico@orangutan.or.id
Mobile: +62 811 2767 957

 

TENTANG PT SAWIT SUMBERMAS SARANA Tbk.

PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) merupakan perusahaan kelapa sawit yang mengelola bisnis perkebunan dan pabrik kelapa sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Indonesia. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berkomitmen menjaga ekosistem disekitar lokasi usaha, salah satunya adalah menjaga habitat dan merehabilitasi orangutan untuk mengembalikan ke habitat aslinya secara layak.

SSMS meyakini, jika menjalankan bisnis dengan baik, Perusahaan kelapa sawit akan menjadi peran kunci dalam mempertahankan lingkungan, dan menyediakan setiap kebutuhan bagi masyarakat dan mahluk hidup sekitar. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.ssms.co.id

 

TENTANG YAYASAN BOS

Didirikan pada 1991, Yayasan BOS adalah sebuah organisasi non-profit Indonesia yang didedikasikan untuk konservasi orangutan Borneo dan habitatnya, bekerjasama dengan masyarakat setempat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dan organisasi mitra internasional.

Yayasan BOS saat ini merawat lebih dari 700 orangutan dengan dukungan 400 karyawan yang berdedikasi tinggi, serta juga para ahli di bidang primata, keanekaragaman hayati, ekologi, rehabilitasi hutan, agroforestri, pemberdayaan masyarakat, komunikasi, edukasi, dan kesehatan orangutan. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.orangutan.or.id.